PERJUANGAN ULAMA DAN UMARO DALAM MENDIDIK UMAT

Islam adalah agama yang komprehensif, semua lini kehidupan terpusat pada satu napas perjuangan dalam mengabdikan diri sebagai hamba Allah, untuk melestarikan tatanan kehidupan yang stabil dan berkeadilan di muka bumi ini, semata-mata guna meraih ridhoNya di hari akhir kelak. Maka sangat keliru jika aspek agama dipisahkan dengan aspek politik, seolah-olah tambuk kepemimpinan di suatu Negeri hanya untuk kalangan politisi, dan tidak ada ruang bagi para kiai yang identik dengan kehidupannya sekadar mengurus jamaah pengajian. Baginda Besar Rasulallah Saw sebagai tokoh sentral umat Islam, sebagai teladan bagi pengikutnya yang telah memberikan contoh kepada dunia bahwa Ia selain sebagai Rasul/utusan Allah untuk menyebarluaskan ajaran Islam dalam hal tauhid, tetapi beliau juga tercatat dalam sejarah dunia sebagai tokoh saudagar dan pemimpin yang amanah dan adil. Itulah yang menjadi salah satu indikator bahwa Islam adalah ajaran yang komprehensif.

Pada prinsipnya, pemimpin suatu negeri adalah orang-orang yang memiliki komitmen dan mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya, serta mampu menjamin suatu keadilan di setiap kebijakan yang diputuskan olehnya. Karena keamanan suatu negara bergantung pada tingkat kesejahteraan yang diperoleh oleh masyarakatnya serta keadilan yang mereka dapatkan dari kebijakan yang diputuskan oleh pemimpinnya. Jika keadilan dan kesejahteraan di suatu negara tidak terwujud, maka sama dengan memimpin untuk menghancurkan Negara yang dia pimpin.

Untuk mewujudkan tatanan suatu Negara yang berkeadilan dan berkemajuan, khususnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Negara yang terdiri dari berbagai pulau ini, yang terbentang luas dari sabang sampai merauke, maka tidak mudah dalam menyatukan satu pandangan untuk mewujudkan sebuah keadilan dan kesejahteraan di Indonesia, kecuali pemerintah mampu berjalan dan berdampingan secara bersamaan dengan para pemuka agama di Indonesia. Politik tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam, bahkan Allah memerintahkan untuk ikut andil dalam urusan politik. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 90. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Firman Allah pada ayat di atas menunjukkan bahwa Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk tidak meniggalkan dunia politik, sebab untuk mewujudkan suatu keadilan, kebijakan, melarang dari perbuatan keji dan mungkar di Negara Indonesia, hanya dapat dilakukan jika kita memiliki legalitas kekuasaan yang berhak secara hukum untuk memberikan keadilan dan menjamin kesejahteraan di Negara Indonesia, baik itu sebagai pimpinan dewan legislatif ataupun eksekutif.

Terlalu banyak dalil-dalil alquran dan hadist Nabi yang menerangkan tentang anjuran umat Islam untuk berpolitik, dari berbagai sangkalan dan kekeliruan yang diungkapkan oleh para tokoh yang tidak mengetahui ajaran islam secara utuh, yang memisahkan antara agama dan politik suatu negeri. Cukup dengan satu Hadit Nabi yang diriwayatkan oleh Baehaqi sebagai jawaban dari kekeliruan yang mengungkapan bahwa agama tidak ada korelasinya dengan dunia politik, yang mana salah satu agama yang menjadi agama mayoritas di Indonesia adalah agama Islam, bahwa Rasulullah saw bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Susungguhnya aku diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan Akhlak”

Hadist di atas menjelaskan secara rinci untuk berbagai aspek bidang kehidupan. Mengapa Islam membicarakan tentang rumah tangga, tiada lain yaitu agar kehidupan rumah tangga tersebut berakhlak Al-Qur’an. Dari aspek dunia perekonomian, mengapa Islam pun membahas tentang dunia ekonomi, maka jawabannya adalah agar pelaku ekonomi berakhlak Islam, tidak mengurangi timbangan dalam perniagaannya, berperilaku jujur pada produk barang yang diperjual belikan, dan lain sebagainya. Begitu juga islam membicarakan soal politik, agar mereka para pelaku politik memiliki akhlak, dan bermoral. Maka dari itu islam tidak bisa dipisah dengan ekonomi, islam tidak bisa dipisah dalam urusan rumah tangga, bahkan islam tidak bisa dipisahkan dengan politik. Karena islam diturunkan untuk petunjuk kehidupan manusia. Agar mereka semua berakhlak al-qur’an.

Umat islam sangat berhati-hati dalam memilih pemimpin, bukan karena kepentingan suatu kelompok dan hanya untuk meraup keuntungan pada golongan tertentu saja, melainkan para ulama yang mengajak kepada umat islam untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah tertuang dalam kitab suci al-quran. Karena jika pemimpin yang dipilih tidak sesuai dengan prinsip ajaran Islam dan suatu Negara dipimpin oleh orang yang tidak meiliki kapasitasnya sebagai pemimpin negeri, sehingga kepercayaan pada masyarakat sudah hilang, maka negara itu akan hancur. Jangan sembarangan mengangkat seorang ketua atau kepada negara, pilihlah orang yang layak untuk memegang amanah ini. Sebagai mana sabda Rasulullah Saw dalam hadist berikut:

إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

“Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”. (HR. Al-Bukhari dari Abi Hurairah).

Ulama dan umro adalah navigasi bangsa yang mampu menjadi petunjuk dan pembentuk paradigma masyarakat yang berkemajuan. Keutuhan dan Kesatuan Negara Republik Indonesia adalah warisan dari para pendiri bangsa Indonesia, mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat adalah cita-cita luhur bangsa Indonesia. Maka sangatlah berdosa jika para tokoh politik dan para pemuka agama tidak menjadi pencerah dan pelopor persatuan di tengah keruhnya kehidupan masyarakat dan carut-marutnya tatanan Negara, yang mengakibatkan perpecahan antar golongan  umat beragama, ras dan suku. Ulama dan umaro harus mengambil peran sebagai pendidik bangsa, belajar dari sejarah untuk mengambil sebuah pelajaran, agar terwujudnya cita-cita luhur bangsa kita dapat belajar dengan Negara maju dan untuk menjaga keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia, kita juga perlu mempelajari sejarah dari berbagai bahaya laten yang pernah melanda pada suatu negera tertentu yang menimbulkan perpecahan.

Sebuah sejarah yang menerangkan asal mula dari munculnya paham liberalisme di Negara barat adalah karena traumatis dengan ajaran agamanya sendiri. Mereka merasa tertekan dengan aturan-aturan agamanya sendiri. Bahkan dalam sejarahnya, ada yang pernah dieksekusi dijerumuskan ke dalam kandang harimau untuk dijadikan santapannya, yang mana harimau yang disiapkan yaitu harimau yang tidak makan dalam 3 hari. Mereka trauma dengan kitab-kitabnya yang sudah banyak dirubah, dan juga sebagian dari mereka trauma dengan sosok yesus, karena alasan yang tidak jelas dan meragukan. Sehingga tumbuhlah aliran baru yakni librarisme, liberalisme adalah sebuah aliran yang mengedepankan sebuah kebebasan berpikir, karena bagi mereka kebebasan adalah hak manusia, mereka ingin bebas dari asuhan agama. Dan setelah itu tumbuhlah aliran sekularisme, yang berarti agama tidak mengatur kehidupan manusia. Dalam satu hadis sahih yang diriwayatkan Aisyah radiyallāhu ‘anha bahwa Rasulullah SAW selalu berdoa: “Ya Allah ya Tuhanku, barangsiapa yang memerintah urusan umatku, kemudian ia mempersulit mereka maka persulitlah dia, dan barangsiapa yang memerintah umatku, kemudian ia lemah lembut kepada mereka, maka kasihanilah dia”.  (HR. Muslim-4826).

Paham liberalisme yang telah diterangkan di atas, merupakan bahaya laten yang dapat mengancam keutuhan bagi kesatuan negara republik Indonesia (NKRI). Maka para ulama perlu menyampaikan kebenaran tersebut kepada masyarakat untuk menjauhi dan mewaspadainya, juga bagi para pemimpin Negeri perlu mengambil peran dalam mendeteksi dan meredam berkembangnya paham liberalisme di Indonesia. Agar paham yang menganut kebabasan yang berpotensi merusak krukunan umat beragama di Indonesia yang telah lama dapat hidup secara berdampingan.

Para ulama mengambil peran sebagai pendakwah yang bertugas untuk mengajak umatnya ke jalan yang benar sesuai dengan tuntunan agama. Semua lapisan kehidupan jika berlandaskan moral dan akhlak yang mulia sesuai dengan pedoman al-quran dan hadist, maka akan terwujud sebuah keadilan dan kesejahteraan di masyarakat Indonesia. Dakwah adalah sebuah kewajiban, para ulama bertugas untuk membumikan ayat-ayat Allah dan mendidik generasi muda sebagai penerus pemimpin bangsa, maka jiwa perjuangan dan keikhlasan perlu diajarkan kepada mereka, agar napas perjuangan mereka tanpa pamrih serta totalitas dalam mengbdikan diri meraka untuk kemajuan Negera dan menghidupkan Agama sampai ke pelosok daerah.

Jika keimanan para generasi muda kokoh, melakukan dakwah secara ikhlas yang mengacu pada prinsip ikhlas yaitu menghilangkan semua kata “karena” di setiap pekerjaan, dan cukup sisakan satu kata karena yaitu, “karena Allah”. Berjuang dan berdakwah bukan karena mencari populitas, dan juga bukan untuk naik daun. Orang yang berdakwah karena ingin dipuji itu bohong, walaupun karena takut dipuji itu juga berarti tidak ikhlas. Jadi kuncinya adalah tidak minta dipuji, dan tidak takut dibenci. Pesan untuk para generasi muda yang hendak membuat pembaharuan dalam agama, maka bangkitkanlah kembali ajaran-ajaran agama yang sudah hilang, seperti budaya halaqoh pendalaman alquan di setiap majelis-majelis ilmu yang biasa dilakukan di setiap seusai shalat maghrib. Jangan sampai pembaharuan yang dilakukan di Negara barat, yaitu menyesuaikan agama dengan perkembangan manusia, dan sekarang sudah terjadi perubahan peradaban yang sudah sangat jauh. Akan tetapi dalam islam itu berbeda, kita harus menghidupkan kembali nilai- nilai agama yang sudah tergusur, dan dibangkitkan kembali. itulah yang dimaksud dengan pembaharuan agama dalam ajaran Islam.